Selasa, 26 Agustus 2014

Leh part II: Pangong Tso, We weren't 3 Idiot


Hari ke-tiga
Bagi sobat yang sudah nonton film bollywood, 3 idiot, diakhir cerita, ada adegan pertemuan antara Karina Kapoor dan Amir Khan dengan latar danau biru yang menawan, yah, itulah danau Pangong yang mempesona, berkat film ini pula makin banyak orang-orang berkunjung ke Leh, Ladakh, khususnya wisatawan lokal. 
Bukan 3 idiot
Untuk berkunjung ke Pangong Tso dan juga ke tempat-tempat tertentu di Ladakh, seperti Khardung La, Tso Moriri dan Nubra Valley, turis asing harus memperoleh surat izin khusus (protected area permits) yang dikeluarkan oleh Deputy Commissioner’s Office di Leh, bisa diurus sendiri atau melalui agen travel, biasanya sudah termasuk dalam biaya paket tur yang ditawarkan. Untuk lebih jelasnya, boleh di baca link berikut.
 

Pagi itu jam 8 lewat, saya dijemput oleh pihak agen travel, langsung di guesthouse, lalu naik mobil Innova bareng 2 pasang turis dari Polandia dan Slovakia, Olga yang masih saya ingat namanya. Perjalanan ke arah tenggara sejauh 149 km menuju Pangong tso ditempuh dalam tempo 5-6 jam, sarapan chapati dan segelas chai dulu sebelum berangkat, duduk di depan, samping sopir, amboi, nasib jadi jomblo, hehe, syukurnya jadi leluasa menyaksikan panorama yang tersaji di depan mata. 
Memotret bayangan travelmate di kaca spion
Pemandangan sepanjang jalan tak beda jauh dengan sepertiga akhir rute Manali-Leh, melingkari pinggang gunung dengan kondisi jalan mulai dari yang dilapisi aspal mulus, rusak hingga jalan tanah, melewati satu dua perkampungan, check point di pos militer, singgah di Chang La, 5.360 meter, tempat tertinggi ketiga di dunia yang dapat dilalui kendaraan bermotor, sekitar 30 menit, menikmati secangkir teh hangat gratis di pos tentara. Di sini juga terdapat klinik dan restoran. 
Sambutan hangat dan secangkir teh di pos militer
Meskipun tak banyak ngomong, si sopir yang asli Ladakh ini tahu betul apa yang kami inginkan, berhenti di tiap spot yang menarik untuk diamati lalu merekamnya dalam potret dan video, dapat kesempatan melihat yak liar, Bos mutus yang sedang merumput, dari jauh kelihatan bak gulungan-gulungan wol berwarna hitam di tengah hijaunya padang rumput. Di lain tempat, marmut bobak, Marmota bobak yang juga dikenal dengan steppe marmot, sedia menuju ke arah orang-orang yang ingin mendekati mereka, lugu tapi berlagak ingin tahu. Makhluk-makhluk lucu ini tinggal di dalam sarang bawah tanah dan dilarang memberikan makan apapun. 
Yak liar, Bos mutus
Marmut bobak, Marmota bobak
Tiba di Pangong tso, makan siang seporsi nasi goreng vegetarian dan segelas ginger tea 105 rupee di sebuah kafe tenda, dari sini menuju ke tempat nginap sekitar setengah jam lagi, tinggal di sebuah penginapan sederhana, 200 rupee, 3 bed dengan selimut tebal yang entah berapa lama tak dicuci. 
Penginapan yang lebih tepat disebut puing
Jalan menyusuri pinggir danau ke utara, ke tempat 3 buah bangunan beratap tanpa dinding yang ditunjuk oleh si sopir sebagai lokasi syuting 3 idiot, jauh juga ternyata, tapi tak berasa dengan suguhan pemandangan yang luar biasa indah, masyaallah. Pulang lewat maghrib, nyaris tak bertemu penginapan karena gelap. 
Bila menginginkan pelayanan ekstra, sobat bisa menginap di kemah khusus
Ditengarai sebagai lokasi syuting 3 idiot
Danau cantik ini berada di ketinggian 4.350 meter, terbentang sepanjang 134 km, lebar sekitar 5 km dengan kedalaman maksimal 100 m, seperempat bagiannya menjadi milik India, selebihnya terhampar di distrik Rutog, Tibet sana. Airnya berwarna biru laut, dikelilingi oleh puncak-puncak gunung yang ditutupi salju, entah kenapa setiap kali saya melihat pegunungan bertudungkan es ini yang terbayang adalah seekor Orcinus orca alias si paus pembunuh, apakah mungkin karena warna belang putih di bagian perutnya itu, di benak saya terasosiasi dengan salju. 
Danau cantik nan dikelilingi pegunungan
Orcinus orca (source: wikipedia)
Warna air danau akan terlihat lebih cemerlang saat pagi menjelang siang, biru laut yang pekat di bagian tengah, hijau toska di bagian pinggir dan pada sore beranjak petang, karena pengaruh bayangan dari pegunungan yang mengelilinginya, warnanya menjadi agak suram.
Danau Pangong saat pagi menjelang siang
Pangong merupakan danau mati (endorheic=salt lake) yang tidak berhulu dan bermuara disebabkan posisi danau yang terkunci diantara pegunungan dan jauh dari samudra. Contoh lain danau endorheic yang terkenal adalah laut Aral dan laut kaspia. Sumber utama airnya berasal dari mata air, hujan dan lelehan salju yang mencair di sekitarnya. Tidak ada ikan yang hidup di sini, hanya udang-udangan kecil, tampak beberapa jenis burung terbang dan mengapung di permukaan, sejenis belibis dan camar. 

Hari ke-empat
Paginya ditengah dingin yang masih menusuk, jalan ke Pangong tso, bersua M, banci yang mengaku sudah pernah ke Bali, minta tolong ia jadi tukang potret dadakan, balik ke penginapan, ambil tas, ditawari chai oleh sopir sembari menunggu yang lain sarapan, jam 8 lewat berangkat, singgah di tempat syuting 3 idiot, lanjut hingga berhenti lagi di Chang La, makan thukpa dan segelas teh hangat di sebuah rumah makan. 
Pantulan sinar matahari di atas permukaan danau
Dalam perjalanan pulang, singgah di Thiksey monastery di ketinggian 3.600 m, sekitar 19 km arah timur kota Leh, gompa terbesar di Ladakh, mulai dibangun pada abad ke-15. Di komplek kuil Thiksey ini ada restoran, gerai souvenir dan kedai ramuan tradisional Tibet. Panorama dari atas gompa juga tak kalah bagus, ketertarikan saya terhadap lanskap alam, membuat saya tak lama melihat-lihat komplek kuil Budha ini, asyik melancarkan aksi jeprat jepret. 
Thiksey monastery
Panorama dari gompa Thiksey
Lanjut ke Shey palace, berada di jalan antara Thiksey dan Leh, terletak di bukit dengan nama yang sama, pertama kali dibangun pada tahun 1655 oleh raja Ladakh, Deldan Namgyal, sebagai tempat kediaman musim panas. Sayangnya saat saya datang Shey palace sedang renovasi. 
Shey palace
Kolam di depan Shey palace
Tiba di guesthouse pukul setengah empat, mandi, shalat, keluar cari tiket ke Srinagar di beberapa biro travel, rata-rata menawarkan 1800 rupee dengan shared taxi, lalu ke bus stand, kantor booking tutup, makan di restoran Khasmir nasi kari ayam, shalat maghrib di Masjid Jama, beli sate domba 3 tusuk di depan Masjid, 30 rupee per tusuk, singgah di warnet, online dan memberi kabar kepada keluarga, balik ke guesthouse, istirahat.
Masjid Jama
Sate daging domba di depan Masjid Jama
Kenapa “pulang” itu menggoreskan sensani yang lain di hati, apakah saat terpikir akan balik ke kamar, rumah, kampung maupun tanah air memicu hormon endorfin yang juga dilepaskan saat kita berolah raga dan berhubungan intim. Begitupun yang saya rasakan ketika pulang ke kamar di Leh, meskipun pulang ke kamar di guesthouse yang baru beberapa hari ditinggali di tempat yang jauh dari pulang yang sebenarnya. Mungkin, sensasi inilah yang menyebabkan orang-orang berbondong pulang ke kampung halaman saat momen-momen istimewa, hari raya, mudik, silaturrahim, mengalami perjalanan yang tidak mudah, bahkan nyawa taruhannya.
Terpikir tentang negeri yang lain, negeri tempat pulang yang sejati, negeri yang kekal, tak semua orang sanggup merasakannya, hanya insan-insan yang terpilih, andai setiap kita merasakan hal yang sama, tentu kita akan mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya saat menghadap–Nya
Bangunan Masjid di Main bazaar
Keledai
Hari ke-lima dan ke-enam
Tak banyak kegiatan yang saya lakukan, beli tiket ke Srinagar di bus stand 1050 rupee, shalat Dzuhur berjamaah di Masjid Jama, singgah di State Bank of India dengan maksud menukarkan uang, petugas yang melayani foreign exchange tak berada di tempat, makan di restoran Khasmir, belanja di mini market.
Menanti shalat berjamaah di Masjid Jama
Esoknya, tukar uang di State Bank of India, rate 62 rupee, check-out, jalan ke bus stand, makan nasi kari ayam di restoran biasa, sekalian pamit dengan pemiliknya. Pukul 2.15 sore bus tujuan Srinagar berangkat, tak jauh meninggalkan Leh, terjadi macet akibat iring-iringan mobil militer, si sopir sempat bersitegang dengan salah seorang tentara, alangkah beraninya orang-orang di sini, kalau di tanah air ku, entahlah, tak baik membongkar bobrok negeri sendiri.

Sampai bersua di Srinagar, Khasmir. 






2 komentar:

  1. selamat pagi pak andi, mau menanyakan apakah ada tour yang hanya sehari ke pangong tso?

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus