Hari ke-tiga
Bagi sobat yang sudah nonton film
bollywood, 3 idiot, diakhir cerita, ada adegan pertemuan antara Karina Kapoor
dan Amir Khan dengan latar danau biru yang menawan, yah, itulah danau Pangong
yang mempesona, berkat film ini pula makin banyak orang-orang berkunjung ke
Leh, Ladakh, khususnya wisatawan lokal.
|
Bukan 3 idiot |
Untuk berkunjung ke Pangong Tso dan juga ke tempat-tempat tertentu
di Ladakh, seperti Khardung La, Tso Moriri dan Nubra Valley, turis
asing harus memperoleh surat izin khusus (protected area permits) yang dikeluarkan oleh Deputy
Commissioner’s Office di Leh, bisa
diurus sendiri atau melalui agen travel, biasanya sudah termasuk dalam biaya
paket tur yang ditawarkan. Untuk lebih jelasnya, boleh di baca link berikut.
Pagi itu jam 8 lewat, saya dijemput
oleh pihak agen travel, langsung di guesthouse,
lalu naik mobil Innova bareng 2 pasang turis dari Polandia dan Slovakia, Olga
yang masih saya ingat namanya. Perjalanan ke arah tenggara sejauh 149 km menuju
Pangong tso ditempuh dalam tempo 5-6 jam, sarapan chapati dan segelas chai dulu
sebelum berangkat, duduk di depan, samping sopir, amboi, nasib jadi jomblo,
hehe, syukurnya jadi leluasa menyaksikan panorama yang tersaji di depan mata.
|
Memotret bayangan travelmate di kaca spion |
Pemandangan sepanjang jalan tak beda
jauh dengan sepertiga akhir rute Manali-Leh, melingkari pinggang gunung dengan
kondisi jalan mulai dari yang dilapisi aspal mulus, rusak hingga jalan tanah, melewati
satu dua perkampungan, check point di
pos militer, singgah di Chang La, 5.360 meter, tempat tertinggi ketiga di dunia
yang dapat dilalui kendaraan bermotor, sekitar 30 menit, menikmati secangkir teh
hangat gratis di pos tentara. Di sini juga terdapat klinik dan restoran.
|
Sambutan hangat dan secangkir teh di pos militer |
Meskipun tak banyak ngomong, si sopir yang
asli Ladakh ini tahu betul apa yang kami inginkan, berhenti di tiap spot yang
menarik untuk diamati lalu merekamnya dalam potret dan video, dapat kesempatan
melihat yak liar, Bos mutus yang sedang merumput, dari jauh kelihatan
bak gulungan-gulungan wol berwarna hitam di tengah hijaunya padang rumput. Di
lain tempat, marmut bobak, Marmota bobak yang juga dikenal dengan steppe marmot, sedia menuju ke
arah orang-orang yang ingin mendekati mereka, lugu tapi berlagak ingin tahu. Makhluk-makhluk
lucu ini tinggal di dalam sarang bawah tanah dan dilarang memberikan makan
apapun.
|
Yak liar, Bos mutus |
|
Marmut bobak, Marmota bobak |
Tiba di Pangong tso, makan siang seporsi
nasi goreng vegetarian dan segelas ginger
tea 105 rupee di sebuah kafe tenda, dari sini menuju ke tempat nginap
sekitar setengah jam lagi, tinggal di sebuah penginapan sederhana, 200 rupee, 3
bed dengan selimut tebal yang entah berapa lama tak dicuci.
|
Penginapan yang lebih tepat disebut puing |
Jalan menyusuri pinggir danau ke utara,
ke tempat 3 buah bangunan beratap tanpa dinding yang ditunjuk oleh si sopir sebagai
lokasi syuting 3 idiot, jauh juga ternyata, tapi tak berasa dengan suguhan pemandangan
yang luar biasa indah, masyaallah. Pulang lewat maghrib, nyaris tak bertemu penginapan
karena gelap.
|
Bila menginginkan pelayanan ekstra, sobat bisa menginap di kemah khusus |
|
Ditengarai sebagai lokasi syuting 3 idiot |
Danau cantik ini berada di ketinggian
4.350 meter, terbentang sepanjang 134 km, lebar sekitar 5 km dengan kedalaman
maksimal 100 m, seperempat bagiannya menjadi milik India, selebihnya terhampar
di distrik Rutog, Tibet sana. Airnya berwarna biru laut, dikelilingi oleh puncak-puncak
gunung yang ditutupi salju, entah kenapa setiap kali saya melihat pegunungan bertudungkan
es ini yang terbayang adalah seekor Orcinus orca alias si paus
pembunuh, apakah mungkin karena warna belang putih di bagian perutnya itu, di
benak saya terasosiasi dengan salju.
|
Danau cantik nan dikelilingi pegunungan |
Warna air danau akan terlihat lebih
cemerlang saat pagi menjelang siang, biru laut yang pekat di bagian tengah,
hijau toska di bagian pinggir dan pada sore beranjak petang, karena pengaruh
bayangan dari pegunungan yang mengelilinginya, warnanya menjadi agak suram.
|
Danau Pangong saat pagi menjelang siang |
Pangong merupakan danau mati (endorheic=salt lake) yang tidak berhulu
dan bermuara disebabkan posisi danau yang terkunci diantara pegunungan dan jauh
dari samudra. Contoh lain danau endorheic
yang terkenal adalah laut Aral dan laut kaspia. Sumber utama airnya berasal dari
mata air, hujan dan lelehan salju yang mencair di sekitarnya. Tidak ada ikan
yang hidup di sini, hanya udang-udangan kecil, tampak beberapa jenis burung
terbang dan mengapung di permukaan, sejenis belibis dan camar.
Hari ke-empat
Paginya ditengah dingin yang masih
menusuk, jalan ke Pangong tso, bersua M, banci yang mengaku sudah pernah ke
Bali, minta tolong ia jadi tukang potret dadakan, balik ke penginapan, ambil
tas, ditawari chai oleh sopir sembari menunggu yang lain sarapan, jam 8 lewat
berangkat, singgah di tempat syuting 3 idiot, lanjut hingga berhenti lagi di
Chang La, makan thukpa dan segelas teh hangat di sebuah rumah makan.
|
Pantulan sinar matahari di atas permukaan danau |
Dalam perjalanan pulang, singgah di
Thiksey monastery di ketinggian 3.600 m, sekitar 19 km arah timur kota Leh,
gompa terbesar di Ladakh, mulai dibangun pada abad ke-15. Di komplek kuil
Thiksey ini ada restoran, gerai souvenir dan kedai ramuan tradisional
Tibet. Panorama dari atas gompa juga tak kalah bagus, ketertarikan saya
terhadap lanskap alam, membuat saya tak lama melihat-lihat komplek kuil Budha
ini, asyik melancarkan aksi jeprat jepret.
|
Thiksey monastery |
|
Panorama dari gompa Thiksey |
Lanjut ke Shey palace, berada di jalan
antara Thiksey dan Leh, terletak di bukit dengan nama yang sama, pertama kali
dibangun pada tahun 1655 oleh raja Ladakh, Deldan Namgyal, sebagai tempat
kediaman musim panas. Sayangnya saat saya datang Shey palace sedang renovasi.
|
Shey palace |
|
Kolam di depan Shey palace |
Tiba di guesthouse pukul setengah empat, mandi, shalat, keluar cari tiket
ke Srinagar di beberapa biro travel, rata-rata menawarkan 1800 rupee dengan
shared taxi, lalu ke bus stand, kantor booking tutup, makan di restoran Khasmir
nasi kari ayam, shalat maghrib di Masjid Jama, beli sate domba 3 tusuk di depan
Masjid, 30 rupee per tusuk, singgah di warnet, online dan memberi kabar kepada
keluarga, balik ke guesthouse,
istirahat.
|
Masjid Jama |
|
Sate daging domba di depan Masjid Jama |
Kenapa “pulang” itu menggoreskan
sensani yang lain di hati, apakah saat terpikir akan balik ke kamar, rumah,
kampung maupun tanah air memicu hormon endorfin yang juga dilepaskan saat kita
berolah raga dan berhubungan intim. Begitupun yang saya rasakan ketika pulang
ke kamar di Leh, meskipun pulang ke kamar di guesthouse yang baru beberapa hari ditinggali di tempat yang jauh
dari pulang yang sebenarnya. Mungkin, sensasi inilah yang menyebabkan
orang-orang berbondong pulang ke kampung halaman saat momen-momen istimewa, hari
raya, mudik, silaturrahim, mengalami perjalanan yang tidak mudah, bahkan nyawa
taruhannya.
Terpikir tentang negeri yang lain,
negeri tempat pulang yang sejati, negeri yang kekal, tak semua orang sanggup
merasakannya, hanya insan-insan yang terpilih, andai setiap kita merasakan hal
yang sama, tentu kita akan mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya saat menghadap–Nya
|
Bangunan Masjid di Main bazaar |
|
Keledai |
Hari ke-lima dan ke-enam
Tak banyak kegiatan yang saya lakukan,
beli tiket ke Srinagar di bus stand 1050 rupee, shalat
Dzuhur berjamaah di Masjid Jama, singgah di State Bank of India dengan maksud menukarkan uang, petugas yang melayani foreign
exchange tak berada di tempat, makan di restoran Khasmir, belanja di mini market.
|
Menanti shalat berjamaah di Masjid Jama |
Esoknya, tukar uang di State Bank of India,
rate 62 rupee, check-out, jalan ke bus stand, makan nasi kari ayam di restoran biasa, sekalian
pamit dengan pemiliknya. Pukul 2.15 sore bus tujuan Srinagar berangkat, tak
jauh meninggalkan Leh, terjadi macet akibat iring-iringan mobil militer, si
sopir sempat bersitegang dengan salah seorang tentara, alangkah beraninya
orang-orang di sini, kalau di tanah air ku, entahlah, tak baik membongkar
bobrok negeri sendiri.
Sampai bersua di Srinagar, Khasmir.
selamat pagi pak andi, mau menanyakan apakah ada tour yang hanya sehari ke pangong tso?
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus