Jumat, 01 Agustus 2014

Dharamsala: Little Lhasa (Tibet)


Terminal Bis Dharamsala 06.00 AM
Dharamsala धर्मशाला adalah kota di distrik Kangra, negara bagian Himachal Pradesh, India. Daerah yang pernah diluluhlantakkan oleh gempa 7.8 skala richter 4 April 1905 silam yang menewaskan lebih dari 10.000 orang.
Dipotret dari View Mount Hotel
Bis malam yang saya tumpangi tiba di terminal di Lower Dharamsala. Kemudian dengan bus publik menuju Upper Dharamsala yang lebih dikenal dengan Mcleodganj, perjalanan menuju ke ketinggian, melewati markas tentara, rumah bagi komunitas Tibet, pusat turis dan pusat pemerintahan Tibet (Central Tibet Authority, CTA) di pengasingan.

Salah satu impian orang-orang terutama penganut Budha berkunjung ke sini adalah bertemu dengan Dalai Lama, tak mudah memang dan butuh keberuntungan. Namun setiap tahun, selama 10 hari di bulan Februari-Maret, pemimpin spritual tertinggi agama Budha Tibet ini akan memberikan kuliah di depan publik di komplek kuil Tsuglagkhang. Bagi saya bukanlah prioritas utama, bertemu syukur, tidakpun tak apa.

FYI, pasca pembantaian para demonstran pro kemerdekaan Tibet dan pembakaran istana Potala di Lhasa oleh aparat militer Cina pada 10 Maret 1959, Dalai Lama dan sekitar 80 ribu pengikutnya mengungsi ke Mussoorie, India dan membentuk CTA pada 29 April 1959. Lalu pada Mei 1960, CTA dipindahkan ke Dharamsala. Sumber: suaramerdeka.com
Suasana salah satu jalan di Mcleodganj (Source: www.downtheroad.org)
Sapi, hewan suci bagi umat Hindu (Source: www.downtheroad.org)
Turun di Main Square, berjalan mencari penginapan, Mcleodganj hanyalah kota kecil, dengan satu dua jalan yang boleh disebut gang lebar, tapi sesak dengan fasilitas yang dibutuhkan oleh turis khususnya bagi para backpacker mancanegara, restoran, kafe, biro travel, penginapan, money changer, laundry, kedai souvenir, dan sebagainya. Bagi sobat yang ingin merasakan suasana yang lebih tenang, apalagi yang ingin mendalami ajaran Budha, ada desa-desa di sekitar yang juga menawarkan fasilitas sama, seperti Dharamkot dan Bhagsu. Saya check in di View Mount Hotel 400 rupee, private room dengan toilet, shower air panas, fan dan wifi.
View Mount Hotel
Tak banyak kegiatan di hari pertama karena hujan, siang, makan seporsi nasi goreng vegetarian dan segelas kopi susu 110 rupee, malam, makan sepiring Chowmien vegetarian, telur rebus dan segelas jahe hangat di restoran yang sama, online menjelang tidur.
Seporsi Chowmien Vegetarian
Bangun pagi, berjalan ke St John’s Church, sekitar 1 km dari Main Square, gereja Anglikan dengan arsitektur neo-gothic yang mulai dibangun tahun 1852, suasana sedikit mencekam, maklum berada di tengah hutan dan terdapat makam James Bruce yang pernah menjabat sebagai Gubernur Jendreral India di pekarangannya. Menurut saya, tempat ini cocok jadi latar film bertema horor seperti kisah Drakula dan pembunuhan berantai a la psikopat. Tak ada kegiatan di dalam gereja minggu pagi itu, hanya ada seorang penjaga yang melakukan bersih-bersih.
Jalan masuk menuju St. John Church
Gereja tua St. John
Puas mengagumi bangunan bersejarah ini, dengan bekal penasaran, saya berjalan lagi menyusuri hutan menuju Dal lake, di ketinggian 1.775 m, tak sesuai dengan yang dibayangkan, ekspektasi yang terlalu tinggi, minimal serupa Danau Maninjau atau Singkarak di kampung halaman sana, kenyataannya berupa kolam raksasa yang berair keruh kecoklatan, dikelilingi pohon Deodar. Kolam ini disucikan oleh penganut Hindu, ada kuil Syiwa di salah satu tepinya.
Dal Lake dikelilingi pohon Deodar/ Cemara Himalaya
Balik ke Mcleodganj, makan di restauran Gakyi, Vegetarian Lamen Soup dan segelas jus Apel. Setelah istirahat, berjalan lagi ke Dharamkot, mencoba hiking, menapak ke Triund, 2.875 m, salah satu puncak dari rangkaian pegunungan Himalaya, berpapasan dengan biksu tua, menembus tebalnya kabut dan kesunyian hutan, satu dua turis asing melintas, tak adanya persiapan dan bekal, malam pun kian dekat, saya memutuskan balik, minum kopi susu hangat di perempatan lalu turun menyusuri desa Dharamkot, ada banyak kafe, penginapan-homestay, laundry, balik ke Mcleodganj, hujan deras.
Vegetarian Lamen Soup
Melewati hutan pinus menuju Dharamkot
Penunjuk arah menuju Triund
Jalur menuju Triund 
Puncak Triund ditutupi salju (source: www.downtheroad.org)
Makan malam di Gakyi, seporsi nasi goreng vegetarian (brown rice), dadar, dan jahe hangat plus madu. Gakyi bagi saya dan mungkin bagi mereka yang sering datang ke sana adalah tempat nongkrong yang nyaman, pelayanan dari empunya yang ramah dan hangat, serta menu vegetariannya yang enak. Walau restoran ini khusus vegetarian tapi masih menyajikan telur untuk mencukupi asupan protein saya. Satu lagi sambal di restoran ini sedikit mengobati kerinduan lidah saya akan pedasnya masakan ibu.
Dharamkot
Tempat alternatif  bagi yang lebih menginginkan ketenangan
Dharamkot di kejauhan
Malam itu saya bangga jadi orang Asia, saat pasangan Cina dengan suka hati mentraktir bule cewek yang tidak mereka kenal. Si cewek yang sedari tadi asyik menulis cerita perjalanannya langsung kaget senang, berulang-ulang mengucapkan terima kasih.
Hari ke-tiga
Sarapan di Gakyi, roti selai kacang dan segelas kopi susu, trekking ke air terjun Bagshu, sekitar 3 km dari Mcleodganj, melewati pemandian air hangat, 1 km dari desa Bagshu, menapaki deretan anak tangga rendah di pinggir sungai, jalur yang terawat dan nyaman untuk dilalui, berpapasan dengan rombongan anak muda India, tak ada yang istimewa dengan air terjunnya, tidak terlalu besar dan tinggi, air pegunungan yang jernih dan dingin. Bagi sobat yang hendak mandi, hati-hati terkena pecahan botol yang dibuang oleh orang-orang tak bertanggung jawab ke dalamnya.
Sepotong roti dan segelas kopi susu
Panah merah menunjukkan air terjun Bhagsu
Desa Bhagsu
Jalur menuju air terjun Bhagsu
Kembar tapi tak sama
Naik ke bagian atas air terjun, salah persepsi saat membaca petunjuk arah, café dikira cave, alhasil di atas sana hanya bertemu tempat nongkrong, hehe, terpeleset, Nikon yang saya bawa jadi sasaran, ada sedikit gangguan di bagian lensa akibat terkena benturan, Alhamdulillah tak mempengaruhi fungsinya, menyeberangi aliran sungai menuju jalan setapak ke atas bukit, berharap mencapai salah satu puncak, mengikuti pasangan bule yang hilang dari penglihatan begitu cepat, super, berhenti untuk memotret, tapi kabut tebal menghalangi pandangan, turun, balik ke Mcleodganj dalam keadaan basah kuyup karena hujan deras.
Aliran sungai di atas air terjun
Seorang tukang batu dan hasil pahatannya
Kertas doa warna warni
Jalur pendakian
Kabut tebal yang menghalangi pandangan
Makan siang di Gakyi, Veg Thantuk (mi segi empat) dan telur rebus, setelah istirahat, menyusuri jalan Jogiwara hendak menuju bus stand di Lower Dharamsala, alamak jauhnya, singgah di rumah Kashmir, khawatir kemalaman dan tidak ada lagi bus menuju Mcleodganj, di pertigaan saya putuskan untuk kembali, naik bus publik karena untuk berjalan terlalu jauh.
Thantuk alias mi segi empat
Rumah khas Khasmir di Dharamsala
Makan malam di Gakyi, nasi goreng vegetarian plus tahu-telur dan segelas lemon hangat, malam terakhir di Mcleodganj, terakhir juga makan di sini karena esok pagi saya akan berangkat ke Manali di utara, saya pamit dan foto bareng dengan ibu pemilik resto yang ramah. Dalam hati saya berfikir akan mengirimkan foto ini atau kartu pos dari Indonesia untuk dipajang di dinding seperti yang dilakukan turis lain yang pernah nongkrong di sini.
See you Manali tomorrow……

Tidak ada komentar:

Posting Komentar