Terminal Bis Dharamsala 06.00 AM
Dharamsala
धर्मशाला adalah kota di distrik
Kangra, negara bagian Himachal Pradesh, India. Daerah yang pernah
diluluhlantakkan oleh gempa 7.8 skala richter 4 April 1905 silam yang
menewaskan lebih dari 10.000 orang.
|
Dipotret dari View Mount Hotel |
Bis malam yang saya tumpangi tiba
di terminal di Lower Dharamsala. Kemudian dengan bus publik menuju Upper
Dharamsala yang lebih dikenal dengan Mcleodganj, perjalanan menuju ke ketinggian,
melewati markas tentara, rumah bagi komunitas Tibet, pusat turis dan pusat pemerintahan Tibet (Central Tibet Authority, CTA) di pengasingan.
Salah satu impian orang-orang terutama
penganut Budha berkunjung ke sini adalah bertemu dengan Dalai Lama, tak mudah
memang dan butuh keberuntungan. Namun setiap tahun, selama 10 hari di bulan
Februari-Maret, pemimpin spritual tertinggi agama Budha Tibet ini akan memberikan kuliah di depan publik di komplek kuil
Tsuglagkhang. Bagi saya bukanlah prioritas utama, bertemu syukur, tidakpun tak apa.
FYI, pasca pembantaian para demonstran pro kemerdekaan Tibet dan pembakaran istana Potala di Lhasa oleh aparat militer Cina pada 10 Maret 1959, Dalai Lama dan sekitar 80
ribu pengikutnya mengungsi ke Mussoorie, India dan membentuk CTA pada 29
April
1959. Lalu pada Mei 1960, CTA dipindahkan ke
Dharamsala. Sumber:
suaramerdeka.com
Turun di Main Square, berjalan
mencari penginapan, Mcleodganj hanyalah kota kecil, dengan satu dua jalan yang
boleh disebut gang lebar, tapi sesak dengan fasilitas yang dibutuhkan oleh turis
khususnya bagi para backpacker mancanegara, restoran, kafe, biro travel,
penginapan, money changer, laundry, kedai souvenir, dan sebagainya. Bagi sobat yang ingin
merasakan suasana yang lebih tenang, apalagi yang ingin mendalami ajaran Budha,
ada desa-desa di sekitar yang juga menawarkan fasilitas sama, seperti Dharamkot
dan Bhagsu. Saya check in di View Mount Hotel 400 rupee, private room dengan
toilet, shower air panas, fan dan wifi.
|
View Mount Hotel |
Tak banyak kegiatan di hari
pertama karena hujan, siang, makan seporsi nasi goreng vegetarian dan segelas
kopi susu 110 rupee, malam, makan sepiring Chowmien vegetarian, telur rebus dan segelas
jahe hangat di restoran yang sama, online menjelang tidur.
|
Seporsi Chowmien Vegetarian |
Bangun pagi, berjalan ke St John’s
Church, sekitar 1 km dari Main Square, gereja Anglikan dengan arsitektur
neo-gothic yang mulai dibangun tahun 1852, suasana sedikit mencekam, maklum
berada di tengah hutan dan terdapat makam James Bruce yang pernah menjabat
sebagai Gubernur Jendreral India di pekarangannya. Menurut saya, tempat ini cocok jadi latar film bertema horor seperti kisah Drakula dan pembunuhan berantai a la psikopat. Tak ada kegiatan di dalam
gereja minggu pagi itu, hanya ada seorang penjaga yang melakukan bersih-bersih.
|
Jalan masuk menuju St. John Church |
|
Gereja tua St. John |
Puas mengagumi bangunan
bersejarah ini, dengan bekal penasaran, saya berjalan lagi menyusuri hutan
menuju Dal lake, di ketinggian 1.775 m, tak sesuai dengan yang dibayangkan,
ekspektasi yang terlalu tinggi, minimal serupa Danau Maninjau atau Singkarak di
kampung halaman sana, kenyataannya berupa kolam raksasa yang berair keruh
kecoklatan, dikelilingi pohon Deodar. Kolam ini disucikan oleh penganut Hindu,
ada kuil Syiwa di salah satu tepinya.
|
Dal Lake dikelilingi pohon Deodar/ Cemara Himalaya |
Balik ke Mcleodganj, makan di
restauran Gakyi, Vegetarian Lamen Soup dan segelas jus Apel. Setelah istirahat,
berjalan lagi ke Dharamkot, mencoba hiking, menapak ke Triund, 2.875 m, salah
satu puncak dari rangkaian pegunungan Himalaya, berpapasan dengan biksu tua,
menembus tebalnya kabut dan kesunyian hutan, satu dua turis asing melintas, tak
adanya persiapan dan bekal, malam pun kian dekat, saya memutuskan balik, minum
kopi susu hangat di perempatan lalu turun menyusuri desa Dharamkot, ada banyak kafe,
penginapan-homestay, laundry, balik ke Mcleodganj, hujan deras.
|
Vegetarian Lamen Soup |
|
Melewati hutan pinus menuju Dharamkot |
|
Penunjuk arah menuju Triund
Jalur menuju Triund |
Makan malam di Gakyi, seporsi
nasi goreng vegetarian (brown rice), dadar, dan jahe hangat plus madu. Gakyi
bagi saya dan mungkin bagi mereka yang sering datang ke sana adalah tempat
nongkrong yang nyaman, pelayanan dari empunya yang ramah dan hangat, serta menu
vegetariannya yang enak. Walau restoran ini khusus vegetarian tapi masih
menyajikan telur untuk mencukupi asupan protein saya. Satu lagi sambal di
restoran ini sedikit mengobati kerinduan lidah saya akan pedasnya masakan ibu.
|
Dharamkot |
|
Tempat alternatif bagi yang lebih menginginkan ketenangan |
|
Dharamkot di kejauhan |
Malam itu saya bangga jadi orang Asia,
saat pasangan Cina dengan suka hati mentraktir bule cewek yang tidak mereka kenal.
Si cewek yang sedari tadi asyik menulis cerita perjalanannya langsung kaget
senang, berulang-ulang mengucapkan terima kasih.
Hari ke-tiga
Sarapan di Gakyi, roti selai
kacang dan segelas kopi susu, trekking ke air terjun Bagshu, sekitar 3 km dari
Mcleodganj, melewati pemandian air hangat, 1 km dari desa Bagshu, menapaki deretan
anak tangga rendah di pinggir sungai, jalur yang terawat dan nyaman untuk
dilalui, berpapasan dengan rombongan anak muda India, tak ada yang istimewa
dengan air terjunnya, tidak terlalu besar dan tinggi, air pegunungan yang
jernih dan dingin. Bagi sobat yang hendak mandi, hati-hati terkena pecahan
botol yang dibuang oleh orang-orang tak bertanggung jawab ke dalamnya.
|
Sepotong roti dan segelas kopi susu |
|
Panah merah menunjukkan air terjun Bhagsu |
|
Desa Bhagsu |
|
Jalur menuju air terjun Bhagsu |
|
Kembar tapi tak sama |
Naik ke bagian atas air terjun, salah
persepsi saat membaca petunjuk arah, café dikira cave, alhasil di atas sana
hanya bertemu tempat nongkrong, hehe, terpeleset, Nikon yang saya bawa jadi
sasaran, ada sedikit gangguan di bagian lensa akibat terkena benturan, Alhamdulillah
tak mempengaruhi fungsinya, menyeberangi aliran sungai menuju jalan setapak ke
atas bukit, berharap mencapai salah satu puncak, mengikuti pasangan bule yang
hilang dari penglihatan begitu cepat, super, berhenti untuk memotret, tapi kabut
tebal menghalangi pandangan, turun, balik ke Mcleodganj dalam keadaan basah
kuyup karena hujan deras.
|
Aliran sungai di atas air terjun |
|
Seorang tukang batu dan hasil pahatannya |
|
Kertas doa warna warni |
|
Jalur pendakian |
|
Kabut tebal yang menghalangi pandangan |
Makan siang di Gakyi, Veg Thantuk
(mi segi empat) dan telur rebus, setelah istirahat, menyusuri jalan Jogiwara
hendak menuju bus stand di Lower Dharamsala, alamak jauhnya, singgah di rumah
Kashmir, khawatir kemalaman dan tidak ada lagi bus menuju Mcleodganj, di
pertigaan saya putuskan untuk kembali, naik bus publik karena untuk berjalan
terlalu jauh.
|
Thantuk alias mi segi empat |
|
Rumah khas Khasmir di Dharamsala |
Makan malam di Gakyi, nasi goreng
vegetarian plus tahu-telur dan segelas lemon hangat, malam terakhir di
Mcleodganj, terakhir juga makan di sini karena esok pagi saya akan berangkat ke
Manali di utara, saya pamit dan foto bareng dengan ibu pemilik resto yang
ramah. Dalam hati saya berfikir akan mengirimkan foto ini atau kartu pos dari
Indonesia untuk dipajang di dinding seperti yang dilakukan turis lain yang
pernah nongkrong di sini.
See you Manali tomorrow……
Tidak ada komentar:
Posting Komentar