Stasiun Kalka 04.30 dini hari
Kereta tiba sesuai jadwal di
stasiun Kalka, negara bagian Haryana, India. Ini merupakan stasiun transit untuk
melanjutkan perjalanan menuju Shimla di utara, kira-kira 6 jam waktu tempuh
dengan menggunakan toy train. Toy train bukanlah kereta mainan dalam artian
sesungguhnya, disebut demikian karena ukuran lokomotif dan gerbong yang
digunakan berukuran lebih kecil dibandingkan kereta pada umumnya. Jalur kereta
api Kalka – Shimla sepanjang 96 km ini termasuk salah satu situs warisan dunia
UNESCO.
Saya membeli tiket kelas 2 Kalka
Shimla Express seharga 40 rupee. Kereta berangkat pukul 6, satu gerbong
dengan keluarga dari Gujarat. Perjalanan spektakulerpun dimulai, melewati deretan
hijaunya pemandangan pegunungan Himalaya yang luar biasa indah, subhanallah. Si
kereta mainan merangkak tertatih menanjaki punggung bukit, melalui 103
terowongan. Setiap kali kereta memasuki terowongan, anak-anak dan juga kami
orang dewasa turut berteriak. AaaaAaaaAaaaaa
Kereta berhenti di beberapa stasiun,
seperti Dharampur, Barog, Solan, Kandaghat, Soghi, dan Summerhill sebelum mencapai Shimla di ketinggian 2.076
meter. Pukul 12 kami tiba di stasiun Shimla, keluar dari stasiun ada banyak
taxi yang siap mengantar menuju pusat kota. Saya memilih berjalan menuju mall
road, aduhai lumayan jauh ternyata dengan jalur yang menanjak, dibuntuti oleh
seorang calo hotel yang berhasil membujuk saya menginap di tempat ia bekerja. Bila sobat menggunakan taxi, silakan minta diturunkan
di depan lift di Cart road untuk naik ke Mall road.
|
Para penumpang antri memesan Chai hangat di kios stasiun
|
|
Stop di stasiun Dharampur |
|
Toy Train berhenti di sebuah stasiun |
|
Pemandangan saat toy train berhenti di sebuah stasiun |
Shimla adalah ibukota negara
bagian Himachal Pradesh. The Mall, the Ridge, Lakkar bazaar, Lower bazaar, Rivoli
street merupakan pusat turis dan belanja di ibukota musim panas India pada masa
kolonial Inggris ini. Banyak bangunan tua bergaya Victoria masih berdiri dengan
kokohnya. Para pengunjung akan betah dan nyaman berlalu-lalang karena kendaraan
bermotor tak diperbolehkan melintas di sini.
Saya menginap di Woodland Hotel, dari samping bar/diskotik Ritz, berjalan ke arah U.S Club Richmound sekitar 1 kilo meter, tersembunyi di dalam gang yang menanjak, private room seharga 450 rupee dengan fasilitas tv, toilet
dan kamar mandi di dalam.
|
"Satyagraha" Jadi ingat pelajaran sejarah |
|
Private room di Woodland Hotel |
Setelah istirahat, saatnya untuk
mengeksplorasi suasana sore di kota nan cantik ini, scandal point, Mall road,
Lower bazaar, lanjut ke old bus stand, singgah di sebuah rumah makan, menyantap
seporsi nasi goreng vegetarian, senang ketika melihat bangunan berkubah putih di
Cart road tapi kecewa karena itu merupakan Gurudwara, tempat ibadah penganut
Sikh.
|
Penunjuk arah di dekat bar/ diskotik Ritz |
|
Gurudwara, rumah ibadah penganut Sikh |
Hari Ke-Dua
Tujuan saya adalah bukit Jakhoo, menjumpai
si patung Hanoman yang saya lihat di kejauhan dari the Ridge. Start dari
samping Christ Church yang menjadi landmark-nya kota Shimla, di situ ada papan
pegumuman yang mengisyaratkan seberapa fit pengunjung yang akan mencapai kuil
Jakhu berdasarkan umur dan waktu tempuh.
|
Neo Gothic Christ Curch |
|
Baca dulu sebelum ke bukit Jakhoo |
Melewati hutan dengan kera-kera
liar yang terkenal suka mencuri barang bawaan pengunjung. Tak banyak orang yang
berkunjung pagi itu, alhamdulillah tak ada gangguan dari primata-primata ini. Agar
lebih aman di jalan, disarankan untuk membawa tongkat yang juga bisa disewa
dari penduduk lokal yang tinggal di sekitar sana. Saya berhasil mencapai puncak
dalam waktu 30 menit, berpatokan pada papan tadi, saya termasuk yang dinyatakan
bugar. Wah, senangnya.
Kira-kira 1 jam berada di komplek
kuil dengan patung Hanoman merah setinggi 33 meter (108 ft) yang menjadi
ikonnya, balik melewati jalan yang berbeda, jalan aspal yang dilalui kendaraan
para turis dan peziarah yang tidak perlu berlelah-lelah menuju kuil Jakhu,
suasana sejuk dan asri berasa dengan pepohonan terutama cemara di kanan kiri
nya.
|
Komplek kuil Jakhu |
|
Patung Hanoman tertinggi di dunia |
Coba untuk mencapai the Mall
lewat jalan ini, salah mengikuti papan penunjuk arah, alhasil dibawa menyusuri jalan
raya yang jauhnya alamak, huffftt, makan siang di sebuah restoran elit di Mall
road, seporsi nasi goreng Cina 145 rupee dengan segelas coklat panas 55 rupee,
makan sembari memilih butiran vetsin yang masih jelas kelihatan, hehe, hanya
beberapa kali suapan di mulut, nasi di Mangkok terbuang percuma.
Balik dan istirahat di kamar,
setelah mandi dan shalat, makan nasi goreng lagi di sebuah kafe tak jauh dari
Woodland, menjelang malam saya menghabiskan waktu di the Ridge, menyaksikan
orang-orang dari atas sebuah tempat yang dirancang sebagai view point di tengah
selimut kabut dan butir-butir air yang turun dari langit. Syahdu.
|
Nasi goreng yang terbuang |
|
The Ridge di selimuti kabut |
Hari Ke-Tiga
Pukul 7 kurang, menghirup udara
pagi yang segar dan bebas polusi, saatnya hunting foto, rangkaian pegunungan
Shivalik menjadi latar objek potret yang memikat, singgah di Masjid Jamia, dari
Baljee restauran, turun jenjang menuju Lower bazaar, di sebelah kanan ada plang
nama masjid dalam bahasa arab, turun ke bawah, ternyata masjid ini tempat
berkumpulnya para pekerja/ kuli angkut/ calo hotel asal Kashmir, makan di kedai
yang ada di sana, roti dengan kari ayam, di sajikan 3 potong, 150 Rupee. Oh ya,
Muchtar calo hotel di Woodland juga migran dari Kashmir, bukan bermaksud
memandang rendah pekerjaan mereka, dengan rata-rata rupa nan elok, orang-orang
ini lebih cocok menjadi karyawan kantoran atau bintang film bollywood.
|
Beberapa hasil hunting |
|
Bangunan bergaya Victoria masih berdiri kokoh |
|
Etnis Kashmir di perantauan, yang penting halal, saudaraku. |
|
Hendak menuju the Ridge dari Woodland Hotel |
Dari the Mall tampak kubah putih di
Lower bazaar, penasaran, saya turun dan berjalan ke arah sana, ada pintu dan
jenjang turun ke bawah, kali ini memang masjid dan bukan Gurudwara, syukurlah
ada 2 opsi tempat shalat Jumat esok hari. Naik lagi ke mall road, singgah di
satu-satunya kios yang saya lihat menawarkan money exchange di Shimla, Rs 61
per 1 USD, lebih rendah dari rate yang ada di aplikasi blackberry travel, saya
memutuskan menukarkan uang di bank ICCI, alhamdulillah dapat rate 65.02, tukar
200 USD dengan menyertakan passport, beruntung saat itu nilai tukar rupee
terhadap dollar US anjlok. Namun sayang, kabar buruknya, rupiah juga ikut
merosot tajam. Setelah itu beli tiket ke Dharamsala 420 Rs untuk besok malam di
Himachal Road Transport Corp (HRTC), balik ke hotel, mandi dan istirahat.
|
Jalan masuk ke Masjid Jama |
|
Kubah Masjid sungguhan di Lower Bazaar |
Bangun, hujan lebat, jalan ke the
Ridge, beli Momo vegetarian Rs 30 per 6 potong, softy alias es krim Rs 30,
turun dengan lift Rs 10 ke Cart road, ternyata jauh juga jalan ke old bus
stand, celingak-celinguk memperhatikan bus tujuan new Inter State Bus Terminal
(ISBT), serupa terminal bus antar kota antar propinsi di Indonesia, tempat bus
tujuan Dharamsala. Sudah jadi kebiasaan bahwa sehari atau beberapa jam sebelum
berangkat baik itu menggunakan bus atau kereta api, terlebih dahulu saya
memastikan bahwa itu adalah terminal atau stasiun yang tepat dan dimana platform
keberangkatannya. Balik ke the Ridge melewati markas tentara, beli Momo lagi,
jalan ke Lakkar bazaar, beli telur rebus yang ditaburi garam halus, bumbu dan
sambal cabe hijau, enak dan bikin nagih, per butir nya lumayan murah 6 rupee,
alternatif bagi sobat yang lapar protein selama di India yang juga sempat saya
alami, hehe.
|
Momo, sekilas mirip pempek |
|
Lift dari Mall road ke Cart road |
|
Suasana Lakkar Bazaar |
|
Toko Pashmina di Lakkar Bazaar |
Hari Ke-Empat
Adalah hari terakhir saya di
Shimla, setelah check out dan menitipkan tas, lalu berjalan ke the Ridge,
menyantap Burger vegetarian di bangku dekat patung Indira Gandhi, lalu berjalan
ke Lakkar bazaar dan Rivoli street, sekedar cuci mata. Rivoli street ini mirip dengan
pasar Lereng di Bukittinggi, tempat etnis Tibet berjualan dengan lapak-lapak
seadanya, pakaian, perlengkapan hiking, trekking, dan lainnya.
|
Rivoli street, pasar lereng nya Shimla |
Saya shalat Jumat di masjid Jama,
makan siang nasi dengan kari Ayam 90 rupee, ambil tas, turun dengan lift ke
Cart road, jalan ke old bus stand, naik bus kota ke New ISBT Tutikandi, titip
tas di cloack room, lalu menyusuri perkampungan sekitar, duduk di pinggir jalan,
menatap ke arah the Ridge di ketinggian, tampak gereja neo gothic kecil di
kejauhan, timbul rasa kehilangan yang tak bisa disebut, melankolis, hahai, balik
ke terminal, beli burger 30 rupee, berangkat ke Dharamsala pukul 9.30 malam.
Semoga bersua Dalai Lama di
Dharamsala
|
Narsis di hari terakhir |
|
New ISBT Tutikandi |
Narasi samo gambar2nyo lah mantap bro, lah makin byk info2 tertulis jdi yg mbaco dapek pengetahuan pulo. Tambahan snek lai untuak lokasi2 yg disabuikan adoh juo lah gambarnyo..hee. apo lai perjalanan kereta yg kecek bro spektakuler tu.
BalasHapusOver all keren.
Merkur 15c Safety Razor - Barber Pole - Deccasino
BalasHapusMerkur https://vannienailor4166blog.blogspot.com/ 15C Safety 바카라 사이트 Razor - Merkur 1xbet 먹튀 - deccasino 15C mens titanium wedding bands for Barber Pole is the perfect introduction to the Merkur Safety Razor.