Rabu, 30 Juli 2014

Shimla: Quenn of Hill

Stasiun Kalka 04.30 dini hari
Kereta tiba sesuai jadwal di stasiun Kalka, negara bagian Haryana, India. Ini merupakan stasiun transit untuk melanjutkan perjalanan menuju Shimla di utara, kira-kira 6 jam waktu tempuh dengan menggunakan toy train. Toy train bukanlah kereta mainan dalam artian sesungguhnya, disebut demikian karena ukuran lokomotif dan gerbong yang digunakan berukuran lebih kecil dibandingkan kereta pada umumnya. Jalur kereta api Kalka – Shimla sepanjang 96 km ini termasuk salah satu situs warisan dunia UNESCO. 

Saya membeli tiket kelas 2 Kalka Shimla Express seharga 40 rupee. Kereta berangkat pukul 6, satu gerbong dengan keluarga dari Gujarat. Perjalanan spektakulerpun dimulai, melewati deretan hijaunya pemandangan pegunungan Himalaya yang luar biasa indah, subhanallah. Si kereta mainan merangkak tertatih menanjaki punggung bukit, melalui 103 terowongan. Setiap kali kereta memasuki terowongan, anak-anak dan juga kami orang dewasa turut berteriak. AaaaAaaaAaaaaa

Kereta berhenti di beberapa stasiun, seperti Dharampur, Barog, Solan, Kandaghat, Soghi, dan Summerhill sebelum mencapai Shimla di ketinggian 2.076 meter. Pukul 12 kami tiba di stasiun Shimla, keluar dari stasiun ada banyak taxi yang siap mengantar menuju pusat kota. Saya memilih berjalan menuju mall road, aduhai lumayan jauh ternyata dengan jalur yang menanjak, dibuntuti oleh seorang calo hotel yang berhasil membujuk saya menginap di tempat ia bekerja. Bila sobat menggunakan taxi, silakan minta diturunkan di depan lift di Cart road untuk naik ke Mall road.
Para penumpang antri memesan Chai hangat di kios stasiun
Stop di stasiun Dharampur
Toy Train berhenti di sebuah stasiun
Pemandangan saat toy train berhenti di sebuah stasiun
Shimla adalah ibukota negara bagian Himachal Pradesh. The Mall, the Ridge, Lakkar bazaar, Lower bazaar, Rivoli street merupakan pusat turis dan belanja di ibukota musim panas India pada masa kolonial Inggris ini. Banyak bangunan tua bergaya Victoria masih berdiri dengan kokohnya. Para pengunjung akan betah dan nyaman berlalu-lalang karena kendaraan bermotor tak diperbolehkan melintas di sini.

Saya menginap di Woodland Hotel, dari samping bar/diskotik Ritz, berjalan ke arah U.S Club Richmound sekitar 1 kilo meter,  tersembunyi di dalam gang yang menanjak, private room seharga 450 rupee dengan fasilitas tv, toilet dan kamar mandi di dalam.
"Satyagraha" Jadi ingat pelajaran sejarah
Private room di Woodland Hotel
Setelah istirahat, saatnya untuk mengeksplorasi suasana sore di kota nan cantik ini, scandal point, Mall road, Lower bazaar, lanjut ke old bus stand, singgah di sebuah rumah makan, menyantap seporsi nasi goreng vegetarian, senang ketika melihat bangunan berkubah putih di Cart road tapi kecewa karena itu merupakan Gurudwara, tempat ibadah penganut Sikh.  
Penunjuk arah di dekat bar/ diskotik Ritz
Gurudwara, rumah ibadah penganut Sikh
Hari Ke-Dua
Tujuan saya adalah bukit Jakhoo, menjumpai si patung Hanoman yang saya lihat di kejauhan dari the Ridge. Start dari samping Christ Church yang menjadi landmark-nya kota Shimla, di situ ada papan pegumuman yang mengisyaratkan seberapa fit pengunjung yang akan mencapai kuil Jakhu berdasarkan umur dan waktu tempuh. 
Neo Gothic Christ Curch
Baca dulu sebelum ke bukit Jakhoo
Melewati hutan dengan kera-kera liar yang terkenal suka mencuri barang bawaan pengunjung. Tak banyak orang yang berkunjung pagi itu, alhamdulillah tak ada gangguan dari primata-primata ini. Agar lebih aman di jalan, disarankan untuk membawa tongkat yang juga bisa disewa dari penduduk lokal yang tinggal di sekitar sana. Saya berhasil mencapai puncak dalam waktu 30 menit, berpatokan pada papan tadi, saya termasuk yang dinyatakan bugar. Wah, senangnya. 

Kira-kira 1 jam berada di komplek kuil dengan patung Hanoman merah setinggi 33 meter (108 ft) yang menjadi ikonnya, balik melewati jalan yang berbeda, jalan aspal yang dilalui kendaraan para turis dan peziarah yang tidak perlu berlelah-lelah menuju kuil Jakhu, suasana sejuk dan asri berasa dengan pepohonan terutama cemara di kanan kiri nya.
Komplek kuil Jakhu
Patung Hanoman tertinggi di dunia
Coba untuk mencapai the Mall lewat jalan ini, salah mengikuti papan penunjuk arah, alhasil dibawa menyusuri jalan raya yang jauhnya alamak, huffftt, makan siang di sebuah restoran elit di Mall road, seporsi nasi goreng Cina 145 rupee dengan segelas coklat panas 55 rupee, makan sembari memilih butiran vetsin yang masih jelas kelihatan, hehe, hanya beberapa kali suapan di mulut, nasi di Mangkok terbuang percuma.
Balik dan istirahat di kamar, setelah mandi dan shalat, makan nasi goreng lagi di sebuah kafe tak jauh dari Woodland, menjelang malam saya menghabiskan waktu di the Ridge, menyaksikan orang-orang dari atas sebuah tempat yang dirancang sebagai view point di tengah selimut kabut dan butir-butir air yang turun dari langit. Syahdu.
Nasi goreng yang terbuang
The Ridge di selimuti kabut
Hari Ke-Tiga
Pukul 7 kurang, menghirup udara pagi yang segar dan bebas polusi, saatnya hunting foto, rangkaian pegunungan Shivalik menjadi latar objek potret yang memikat, singgah di Masjid Jamia, dari Baljee restauran, turun jenjang menuju Lower bazaar, di sebelah kanan ada plang nama masjid dalam bahasa arab, turun ke bawah, ternyata masjid ini tempat berkumpulnya para pekerja/ kuli angkut/ calo hotel asal Kashmir, makan di kedai yang ada di sana, roti dengan kari ayam, di sajikan 3 potong, 150 Rupee. Oh ya, Muchtar calo hotel di Woodland juga migran dari Kashmir, bukan bermaksud memandang rendah pekerjaan mereka, dengan rata-rata rupa nan elok, orang-orang ini lebih cocok menjadi karyawan kantoran atau bintang film bollywood.
Beberapa hasil hunting
Bangunan bergaya Victoria masih berdiri kokoh
Etnis Kashmir di perantauan, yang penting halal, saudaraku.
 
Hendak menuju the Ridge dari Woodland Hotel
Dari the Mall tampak kubah putih di Lower bazaar, penasaran, saya turun dan berjalan ke arah sana, ada pintu dan jenjang turun ke bawah, kali ini memang masjid dan bukan Gurudwara, syukurlah ada 2 opsi tempat shalat Jumat esok hari. Naik lagi ke mall road, singgah di satu-satunya kios yang saya lihat menawarkan money exchange di Shimla, Rs 61 per 1 USD, lebih rendah dari rate yang ada di aplikasi blackberry travel, saya memutuskan menukarkan uang di bank ICCI, alhamdulillah dapat rate 65.02, tukar 200 USD dengan menyertakan passport, beruntung saat itu nilai tukar rupee terhadap dollar US anjlok. Namun sayang, kabar buruknya, rupiah juga ikut merosot tajam. Setelah itu beli tiket ke Dharamsala 420 Rs untuk besok malam di Himachal Road Transport Corp (HRTC), balik ke hotel, mandi dan istirahat.
Jalan masuk ke Masjid Jama

Kubah Masjid sungguhan di Lower Bazaar
Bangun, hujan lebat, jalan ke the Ridge, beli Momo vegetarian Rs 30 per 6 potong, softy alias es krim Rs 30, turun dengan lift Rs 10 ke Cart road, ternyata jauh juga jalan ke old bus stand, celingak-celinguk memperhatikan bus tujuan new Inter State Bus Terminal (ISBT), serupa terminal bus antar kota antar propinsi di Indonesia, tempat bus tujuan Dharamsala. Sudah jadi kebiasaan bahwa sehari atau beberapa jam sebelum berangkat baik itu menggunakan bus atau kereta api, terlebih dahulu saya memastikan bahwa itu adalah terminal atau stasiun yang tepat dan dimana platform keberangkatannya. Balik ke the Ridge melewati markas tentara, beli Momo lagi, jalan ke Lakkar bazaar, beli telur rebus yang ditaburi garam halus, bumbu dan sambal cabe hijau, enak dan bikin nagih, per butir nya lumayan murah 6 rupee, alternatif bagi sobat yang lapar protein selama di India yang juga sempat saya alami, hehe.
Momo, sekilas mirip pempek
Lift dari Mall road ke Cart road
Suasana Lakkar Bazaar
Toko Pashmina di Lakkar Bazaar
Hari Ke-Empat
Adalah hari terakhir saya di Shimla, setelah check out dan menitipkan tas, lalu berjalan ke the Ridge, menyantap Burger vegetarian di bangku dekat patung Indira Gandhi, lalu berjalan ke Lakkar bazaar dan Rivoli street, sekedar cuci mata. Rivoli street ini mirip dengan pasar Lereng di Bukittinggi, tempat etnis Tibet berjualan dengan lapak-lapak seadanya, pakaian, perlengkapan hiking, trekking, dan lainnya.
Rivoli street, pasar lereng nya Shimla
Saya shalat Jumat di masjid Jama, makan siang nasi dengan kari Ayam 90 rupee, ambil tas, turun dengan lift ke Cart road, jalan ke old bus stand, naik bus kota ke New ISBT Tutikandi, titip tas di cloack room, lalu menyusuri perkampungan sekitar, duduk di pinggir jalan, menatap ke arah the Ridge di ketinggian, tampak gereja neo gothic kecil di kejauhan, timbul rasa kehilangan yang tak bisa disebut, melankolis, hahai, balik ke terminal, beli burger 30 rupee, berangkat ke Dharamsala pukul 9.30 malam.
Semoga bersua Dalai Lama di Dharamsala
Narsis di hari terakhir
New ISBT Tutikandi

2 komentar:

  1. Narasi samo gambar2nyo lah mantap bro, lah makin byk info2 tertulis jdi yg mbaco dapek pengetahuan pulo. Tambahan snek lai untuak lokasi2 yg disabuikan adoh juo lah gambarnyo..hee. apo lai perjalanan kereta yg kecek bro spektakuler tu.
    Over all keren.

    BalasHapus
  2. Merkur 15c Safety Razor - Barber Pole - Deccasino
    Merkur https://vannienailor4166blog.blogspot.com/ 15C Safety 바카라 사이트 Razor - Merkur 1xbet 먹튀 - deccasino 15C mens titanium wedding bands for Barber Pole is the perfect introduction to the Merkur Safety Razor.

    BalasHapus