Senin, 14 Juli 2014

Kolkata


Pukul 17.10 waktu setempat, AK 1241 mendarat dengan mulus di bandara Netaji Chakra Bose.

Akhirnya saya menginjakkan kaki di India, tepatnya di Kolkata setelah menempuh penerbangan selama 4 jam dari Kuala Lumpur dengan Air Asia. Pada saat itu saya satu penerbangan dengan rombongan jamaah tabligh dari Indonesia dan beberapa orang diantaranya dari Padang, menyenangkan. Proses imigrasi di bandara berjalan lancar dan cepat, saya diberi izin tinggal selama 6 bulan sesuai dengan yang tertera di Visa.

Keluar dari bandara saya berjalan menuju terminal domestik, dimana saya akan menumpang bus tujuan pusat kota, lumayan jauh juga berjalan dan saya tidak menemukan bus yang dimaksud, setelah bertanya pada seorang pemuda yang dengan ramahnya memberikan arahan, saya balik lagi ke bandara international dan membeli tiket taxi prabayar seharga 50 ribu rupiah, loketnya ada di dalam bandara, sebelah kiri dari pintu masuk terminal kedatangan.

Perjalanan menuju Continental Guesthouse yang saya booking via internet sebelumnya menempuh sekitar 1 jam perjalanan, perasaan riuh senang mengawal saya sepanjang jalan meskipun setiap kali si sopir mematikan mesin karena macet. Taxi kuning yang saya naiki adalah sedan keluaran tahun 80-90an, berasa suasana vintage-nya. Sampai di penginapan di jalan Sudder street, alhamdulillah proses check in berjalan lancar, taruh tas dan saatnya keluar untuk makan malam.

Sudder street dikenal sebagai area backpacker di Kolkata, malam itu saya melihat ada beberapa orang turis asing, pemandangan yang kontras dengan jalan ini sendiri, hampir disepanjang jalan banyak para tuna wisma dengan tempat berteduh seadanya, dimana mereka melakukan aktifitas harian makan dan mandi di sana.

Saya singgah di sebuah rumah makan. Malam itu saya memesan seporsi nasi Briyani Ayam plus telur dan sebotol air mineral sekitar 20 ribu Rupiah. Setelah itu berjalan-jalan menyaksikan geliat kehidupan malam di salah satu kota terbesar di India ini. Balik ke penginapan, mandi lalu beristirahat dengan perasaan yang luar biasa senang.

Esok harinya saya berjalan ke Fairie Place untuk membeli tiket kereta api tujuan Kalka. Tempat ini adalah kantor khusus penjualan tiket bagi warga asing. Saya dan calon penumpang lain harus mengisi formulir booking terlebih dahulu, kemudian antri. Pagi itu ada banyak orang Bangladesh, beberapa orang bule dan turis berwajah oriental menunggu panggilan.

Proses Pemesanan Tiket KA Khusus Warga Asing
Antri yang sangat lama, 4 jam untuk mendapatkan selembar tiket ke Kalka, kelas SL seharga Rs 590 bukan 3AC tier seperti yang saya inginkan, tak apalah.

Tak dapat tempat di kereta yang akan berangkat nanti malam, saya harus membayar 1 hari lagi untuk penginapan, harganya lebih mahal sedikit dari harga booking online di internet, setelah shalat dan makan siang saya menuju stasiun kereta api Howrah di seberang sungai, hanya berjalan, sembari mengambil foto-foto bangunan yang dibangun pada era kolonial yang masih berdiri dengan megahnya, cuaca sore yang bersahabat, saya menyeberangi jembatan kebanggaan masyarakat Kolkata untuk sampai di stasiun Howrah.

Saya makan di sebuah tempat makan yang tak jauh dari stasiun, seporsi Chola Bhatura Rs 32, murah meriah namun mengenyangkan, roti yang dimakan dengan kari yang terbuat dari sejenis kacang-kacangan. Berjalan ke stasiun, saat itu Kalka Mail akan berangkat, senangnya memastikan saya berada di stasiun yang tepat.
Chola Bathura
 
Hari ke dua di Kolkata saya sarapan di sebuah kafe di Sudder street, Jojo Resto, sarapan yang lumayan mahal untuk sekedar bisa terkoneksi dengan internet, wifi lagi lagi menjadi andalan saya untuk tetap menjaga komunikasi dengan keluarga di rumah. Seporsi burger daging domba, sepotong roti bakar omelet dengan segelas sweet lassi total 150 rupee. Setelah itu bejalan ke Victoria monument, hanya memotret dari jauh bangunan yang digadang-gadangkan sebagai tandingannya taj mahal buatan koloniai Inggris.
My First Sweet Lassi, dan Akhirnya Ketagihan
Pukul 12, saya menumpang bus kota menuju stasiun Howrah, sampai di stasiun saya titipkan tas di cloack room dengan membayar 17 rupee saat pengambilan, lalu keluar shalat dan makan siang seporsi Masala Dosa. Berjalan ke jembatan dan saat asyik masyuk mengambil beberapa potret dari atasnya saya dipanggil oleh polisi muda dari dalam mobil patrolinya, pertama dikiranya saya orang asli India dan setelah ia berbicara dengan bahasa Inggris baru lah saya tahu bahwa menurutnya saya telah melakukan pelanggaran karena melakukan fotografi di tempat yang terlarang, saya harus membayar denda dan meminta ikut dengan mereka ke kantor polisi terdekat.
Potret yang Membawa Duka
Otomatis panik, yang terbayang dalam pikiran saya adalah alangkah ribetnya berurusan dengan polisi India, merasakan de javu, seperti di film-film India yang saya tonton dulu di tahun 90an tentang polisi korup yang menjadi kaki tangan para mafia, huffft...

Lalu saya menawarkan apa yang seharusnya tak boleh untuk dilakukan, dengan kesepakatan setelah memelas dan mengaku sebagai mahasiswa yang tidak punya banyak uang saya membayar 1000 rupee kepada nya dan uniknya dikembalikan 100 rupee. 

Pukul 7.40 malam kereta yang saya tunggu tiba di stasiun, senangnya, saya melihat daftar nama penumpang yang ditempel di dinding termasuk nama saya di sana. Semoga perjalanan 36 jam ke depan akan menyenangkan, duduk satu bangku dengan bapak dan anak dari Bangladesh, dimana si bujang akan kuliah di Delhi, saya menempati tempat paling atas, pada kelas SL ini susunan bed nya sama dengan 3AC, yang membedakan hanya AC saja yang diganti dengan kipas.

Selamat tinggal Kolkata……

2 komentar:

  1. Mantap bro, tp masih kurang gambarnyo, jadi pas mbaco masih ngambang. Indak dapek gambaran jalehnyo doh. Agak banyakan poto2nyo pri. Jadi tabayang juo pas baco deskripsinyo.

    BalasHapus