Pukul 17.10 waktu setempat, AK
1241 mendarat dengan mulus di bandara Netaji Chakra Bose.
Akhirnya saya menginjakkan kaki
di India, tepatnya di Kolkata setelah menempuh penerbangan selama 4 jam dari
Kuala Lumpur dengan Air Asia. Pada saat itu saya satu penerbangan dengan
rombongan jamaah tabligh dari Indonesia dan beberapa orang diantaranya dari
Padang, menyenangkan. Proses imigrasi di bandara berjalan lancar dan cepat,
saya diberi izin tinggal selama 6 bulan sesuai dengan yang tertera di Visa.
Keluar dari bandara saya berjalan
menuju terminal domestik, dimana saya akan menumpang bus tujuan pusat kota,
lumayan jauh juga berjalan dan saya tidak menemukan bus yang dimaksud, setelah
bertanya pada seorang pemuda yang dengan ramahnya memberikan arahan, saya balik
lagi ke bandara international dan membeli tiket taxi prabayar seharga 50 ribu
rupiah, loketnya ada di dalam bandara, sebelah kiri dari pintu masuk terminal
kedatangan.
Perjalanan menuju Continental
Guesthouse yang saya booking via internet sebelumnya menempuh sekitar 1 jam
perjalanan, perasaan riuh senang mengawal saya sepanjang jalan meskipun setiap
kali si sopir mematikan mesin karena macet. Taxi kuning yang saya naiki adalah
sedan keluaran tahun 80-90an, berasa suasana vintage-nya. Sampai di penginapan di jalan Sudder street,
alhamdulillah proses check in berjalan lancar, taruh tas dan saatnya keluar
untuk makan malam.
Sudder street dikenal sebagai
area backpacker di Kolkata, malam itu saya melihat ada beberapa orang turis
asing, pemandangan yang kontras dengan jalan ini sendiri, hampir disepanjang
jalan banyak para tuna wisma dengan tempat berteduh seadanya, dimana mereka
melakukan aktifitas harian makan dan mandi di sana.
Saya singgah di sebuah rumah
makan. Malam itu saya memesan seporsi nasi Briyani Ayam plus telur dan sebotol
air mineral sekitar 20 ribu Rupiah. Setelah itu berjalan-jalan menyaksikan
geliat kehidupan malam di salah satu kota terbesar di India ini. Balik ke penginapan, mandi lalu
beristirahat dengan perasaan yang luar biasa senang.
Esok harinya
saya berjalan ke Fairie Place untuk membeli tiket kereta api tujuan Kalka. Tempat
ini adalah kantor khusus penjualan tiket bagi warga asing. Saya dan calon
penumpang lain harus mengisi formulir booking terlebih dahulu, kemudian antri.
Pagi itu ada banyak orang Bangladesh, beberapa orang bule dan turis berwajah oriental
menunggu panggilan.
Proses Pemesanan Tiket KA Khusus Warga Asing |
Antri yang sangat lama, 4 jam untuk
mendapatkan selembar tiket ke Kalka, kelas SL seharga Rs 590 bukan 3AC tier seperti
yang saya inginkan, tak apalah.
Tak dapat tempat di kereta yang
akan berangkat nanti malam, saya harus membayar 1 hari lagi untuk penginapan, harganya
lebih mahal sedikit dari harga booking online di internet, setelah shalat dan
makan siang saya menuju stasiun kereta api Howrah di seberang sungai, hanya
berjalan, sembari mengambil foto-foto bangunan yang dibangun pada era kolonial
yang masih berdiri dengan megahnya, cuaca sore yang bersahabat, saya
menyeberangi jembatan kebanggaan masyarakat Kolkata untuk sampai di stasiun Howrah.
Saya makan di sebuah tempat makan
yang tak jauh dari stasiun, seporsi Chola Bhatura Rs 32, murah meriah namun
mengenyangkan, roti yang dimakan dengan kari yang terbuat dari sejenis kacang-kacangan. Berjalan
ke stasiun, saat itu Kalka Mail akan berangkat, senangnya memastikan saya
berada di stasiun yang tepat.
Chola Bathura |
Hari ke dua
di Kolkata saya sarapan di sebuah kafe di Sudder street, Jojo Resto, sarapan
yang lumayan mahal untuk sekedar bisa terkoneksi dengan internet, wifi lagi
lagi menjadi andalan saya untuk tetap menjaga komunikasi dengan keluarga di
rumah. Seporsi burger daging domba, sepotong roti bakar omelet dengan segelas sweet
lassi total 150 rupee. Setelah itu bejalan ke Victoria monument, hanya memotret
dari jauh bangunan yang digadang-gadangkan sebagai tandingannya taj mahal
buatan koloniai Inggris.
My First Sweet Lassi, dan Akhirnya Ketagihan |
Pukul 12, saya menumpang bus kota menuju stasiun Howrah, sampai di
stasiun saya titipkan tas di cloack room dengan membayar 17 rupee saat pengambilan, lalu keluar shalat dan makan
siang seporsi Masala Dosa. Berjalan ke jembatan
dan saat asyik masyuk mengambil beberapa potret dari atasnya saya dipanggil
oleh polisi muda dari dalam mobil patrolinya, pertama dikiranya saya orang asli
India dan setelah ia berbicara dengan bahasa Inggris baru lah saya tahu bahwa
menurutnya saya telah melakukan pelanggaran karena melakukan fotografi di
tempat yang terlarang, saya harus membayar denda dan meminta ikut dengan mereka
ke kantor polisi terdekat.
Potret yang Membawa Duka |
Otomatis panik, yang terbayang
dalam pikiran saya adalah alangkah ribetnya berurusan dengan polisi India,
merasakan de javu, seperti di film-film India yang saya tonton dulu di tahun 90an
tentang polisi korup yang menjadi kaki tangan para mafia, huffft...
Lalu saya menawarkan apa yang
seharusnya tak boleh untuk dilakukan, dengan kesepakatan setelah memelas dan
mengaku sebagai mahasiswa yang tidak punya banyak uang saya membayar 1000 rupee
kepada nya dan uniknya dikembalikan 100 rupee.
Pukul 7.40 malam kereta yang saya
tunggu tiba di stasiun, senangnya, saya melihat daftar nama penumpang yang
ditempel di dinding termasuk nama saya di sana. Semoga perjalanan 36 jam ke
depan akan menyenangkan, duduk satu bangku dengan bapak dan anak dari Bangladesh,
dimana si bujang akan kuliah di Delhi, saya menempati tempat paling atas, pada
kelas SL ini susunan bed nya sama dengan 3AC, yang membedakan hanya AC saja
yang diganti dengan kipas.
Selamat tinggal Kolkata……
Nice :D
BalasHapusMantap bro, tp masih kurang gambarnyo, jadi pas mbaco masih ngambang. Indak dapek gambaran jalehnyo doh. Agak banyakan poto2nyo pri. Jadi tabayang juo pas baco deskripsinyo.
BalasHapus