Rabu, 12 Juni 2013

03112012: Medan

Bismillahirrahmanirrahim
Setelah sarapan nasi goreng dengan segelas kopi hitam, saya berangkat menuju Sun Plaza untuk menukar Rupiah di money changer. Berhubung plaza itu belum buka, saya sempatkan lagi sarapan yang kedua di lontong Kak Lin yang kesohor itu, hehe. Lontong Medan yang saya cicipi jadi kurang berasa nikmatnya lantaran masih kenyang.

Tak enak nongkrong lama disana, saya coba menyusuri jalanan sekitar, masuk keluar gang, ke kampung keling, melewati jembatan, lalu kembali ke Sun plaza yang sudah buka, menukarkan recehan rupiah ke mata uang asing.

Harap kembali ke penginapan malah sampai di terminal, maklum saja angkot yang saya tumpangi melewati rute yang beda dari semula, buah dari malas bertanya, hehe. Meski telat dari waktu check out yang ditetapkan, ibu pemilik penginapan tidak marah atau meminta bayaran lebih.

Menjelang sore, akhirnya teman yang akan mengantarkan saya ke bandara datang ke halte depan masjid Raya tempat saya menunggu, dalam kondisi waktu yang terbatas, kami menyempatkan diri untuk mencicipi mie Aceh Titi Bobrok yang lumayan jauh dari bandara, puas rasanya meski menyantap mie yang masih panas dalam keadaan buru-buru. Lidah bagai terbakar, tetapi tak apalah.

Puluhan calo mendatangi saya ketika sampai di bandara internasional Polonia, mereka bertanya hendak kemana dan meminta print out tiket yang saya pegang, entah kenapa saya menuruti saja apa yang diinginkan oleh salah seorang diantaranya, menyerahkan print out tersebut sembari mengikuti si calo dari belakang, setelah melewati pemeriksaan petugas dan x ray, si calo meminta saya untuk menunggu dan meminta uang untuk airport tax, saya berikan 100 ribu (airport tax 75 ribu) sedangkan dia pergi ke arah mesin check in otomatis, dengan perasaan was-was, mata saya tak lepas dari sosok “penolong” itu untuk memastikan dia tidak akan menghilang dan membawa kabur passport dan tiket saya, hufff, lalu dia berpindah ke meja yang ada petugasnya, tak lama dia kembali dan mengatakan semuanya sudah beres, tinggal berurusan dengan bagian imigrasi saja untuk stamp passport  

Gampangnyoo!!! kalau begini mah ane juga bisa, Bro. Namun ketika saya berjalan ke arah petugas imigrasi, si calo mencegat dan meminta uang lelah, apa pulak ini, tidak cukupkah uang kembalian yang 25 ribu itu, ketika saya tanya, si calo berdalih uang itu untuk petugas agar tidak ada lagi pemeriksaan ketika memasuki bagian imigrasi, ya sudahlah, saya berikan 10 ribu, untungnya si calo tak meminta lebih.

Memang tak ada lagi pemeriksaan, untuk proses imigrasi sendiri tidak butuh waktu lama, setelah stamp passport, saya menunggu di waiting room dengan perasaan bercampur aduk, antara bahagia, haru, dan sedikit khawatir.

Menjelang petang saya sudah berada di dalam pesawat Air Asia, duduk disebelah pasangan suami isteri dari Jakarta, di tengah perjalanan ketika para pramugari menawarkan menu makanan, saya memesan nasi Padang Uda Ratman, lumayan enak dengan lauk rendang.


Pukul 7 lewat, pesawat mendarat dengan mulus di bandara Don Mueang Bangkok, proses imigrasi berjalan cepat karena ada lajur khusus bagi turis dari negara-negara ASEAN, di passport saya tertera stamp dan izin tinggal selama 30 hari.
Hotel di depan Don Muang Airport
Ketika lepas dari bagian imigrasi, saya sedikit ragu dengan rencana awal menginap di bandara, alhamdulillah keputusan yang cepat dan tepat untuk melanjutkan perjalanan ke Chiang Mai dengan kereta api membuahkan hasil, dengan mengikuti papan petunjuk yang ada di dalam bandara sampailah saya di stasiun kereta api Don Mueang dan memesan tiket untuk sleeper second class seharga 783 B, eureka!! Malam itu juga walau telat dari jadwal kereta yang seharusnya pukul 20.30, saya berangkat ke provinsi bagian utara Thailand itu. I m coming Chiang Maiiiiii

Interior Kereta Sleeper Second Class
  
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar