Bismillahirrahmanirrahim
Setelah sarapan nasi goreng dengan segelas kopi hitam, saya berangkat menuju Sun Plaza untuk menukar Rupiah di money changer. Berhubung plaza itu belum buka, saya sempatkan lagi sarapan yang kedua di lontong Kak Lin yang kesohor itu, hehe. Lontong Medan yang saya cicipi jadi kurang berasa nikmatnya lantaran masih kenyang.
Setelah sarapan nasi goreng dengan segelas kopi hitam, saya berangkat menuju Sun Plaza untuk menukar Rupiah di money changer. Berhubung plaza itu belum buka, saya sempatkan lagi sarapan yang kedua di lontong Kak Lin yang kesohor itu, hehe. Lontong Medan yang saya cicipi jadi kurang berasa nikmatnya lantaran masih kenyang.
Tak
enak nongkrong lama disana, saya coba menyusuri jalanan sekitar, masuk keluar
gang, ke kampung keling, melewati jembatan, lalu kembali ke Sun plaza yang
sudah buka, menukarkan recehan rupiah ke mata uang asing.
Harap
kembali ke penginapan malah sampai di terminal, maklum saja angkot yang saya
tumpangi melewati rute yang beda dari semula, buah dari malas bertanya, hehe. Meski telat dari waktu check
out yang ditetapkan, ibu pemilik penginapan tidak marah atau meminta bayaran
lebih.
Menjelang
sore, akhirnya teman yang akan mengantarkan saya ke bandara datang ke halte
depan masjid Raya tempat saya menunggu, dalam kondisi waktu yang terbatas, kami
menyempatkan diri untuk mencicipi mie Aceh Titi Bobrok yang lumayan jauh dari
bandara, puas rasanya meski menyantap mie yang masih panas dalam keadaan
buru-buru. Lidah bagai terbakar, tetapi tak apalah.
Puluhan
calo mendatangi saya ketika sampai di bandara internasional Polonia, mereka bertanya hendak
kemana dan meminta print out tiket yang saya pegang, entah kenapa saya menuruti
saja apa yang diinginkan oleh salah seorang diantaranya, menyerahkan print out
tersebut sembari mengikuti si calo dari belakang, setelah melewati pemeriksaan petugas
dan x ray, si calo meminta saya untuk menunggu dan meminta uang untuk airport
tax, saya berikan 100 ribu (airport tax 75 ribu) sedangkan dia pergi ke arah
mesin check in otomatis, dengan perasaan was-was, mata saya tak lepas dari
sosok “penolong” itu untuk memastikan dia tidak akan menghilang dan membawa
kabur passport dan tiket saya, hufff, lalu dia berpindah ke meja yang ada
petugasnya, tak lama dia kembali dan mengatakan semuanya sudah beres, tinggal
berurusan dengan bagian imigrasi saja untuk stamp
passport
Gampangnyoo!!! kalau begini mah ane juga bisa, Bro. Namun ketika saya
berjalan ke arah petugas imigrasi, si calo mencegat dan meminta uang lelah, apa pulak ini, tidak cukupkah uang kembalian yang 25 ribu itu, ketika saya tanya, si
calo berdalih uang itu untuk petugas agar tidak ada lagi pemeriksaan ketika
memasuki bagian imigrasi, ya sudahlah, saya berikan 10 ribu, untungnya si calo
tak meminta lebih.
Memang
tak ada lagi pemeriksaan, untuk proses imigrasi sendiri tidak butuh waktu lama,
setelah stamp passport, saya menunggu
di waiting room dengan perasaan
bercampur aduk, antara bahagia, haru, dan sedikit khawatir.
Menjelang
petang saya sudah berada di dalam pesawat Air Asia, duduk disebelah pasangan
suami isteri dari Jakarta, di tengah perjalanan ketika para pramugari menawarkan
menu makanan, saya memesan nasi Padang Uda Ratman, lumayan enak dengan lauk
rendang.
Pukul 7 lewat, pesawat mendarat dengan mulus di bandara Don Mueang Bangkok, proses imigrasi berjalan cepat karena ada lajur khusus bagi turis dari negara-negara ASEAN, di passport saya tertera stamp dan izin tinggal selama 30 hari.
Hotel di depan Don Muang Airport |
Ketika
lepas dari bagian imigrasi, saya sedikit ragu dengan rencana awal menginap di
bandara, alhamdulillah keputusan yang cepat dan tepat untuk melanjutkan
perjalanan ke Chiang Mai dengan kereta api membuahkan hasil, dengan mengikuti
papan petunjuk yang ada di dalam bandara sampailah saya di stasiun kereta api
Don Mueang dan memesan tiket untuk sleeper second class seharga 783 B, eureka!!
Malam itu juga walau telat dari jadwal kereta yang seharusnya pukul 20.30, saya
berangkat ke provinsi bagian utara Thailand itu. I m coming Chiang Maiiiiii
Interior Kereta Sleeper Second Class |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar